Menepis Mitos – Mitos Mobil Listrik, Ini Fakta-Faktanya!
Dalam dunia otomotif yang terus berkembang, mobil listrik telah menjadi sorotan utama. Namun, dalam sorotan tersebut juga muncul berbagai mitos mobil listrik dan informasi yang sering kali tidak sesuai dengan kenyataan. Banyak yang meragukan keabsahan klaim ini, dengan alasan bahwa sebagian besar pembangkit tenaga listrik masih mengandalkan energi fosil yang mencemari lingkungan.
Selain itu, ada keraguan tentang kemampuan mobil listrik dalam perjalanan jauh, terkait penggunaan energi, kualitas baterai, dan mesinnya. Sebagian dari klaim-klaim tersebut banyak dipercaya masyarakat bahkan menjadi mitos tersendiri. Bagaimanakah fakta-fakta sebenarnya soal mobil listrik? Simak selengkapnya.
1. Jarak Tempuh Mobil Listrik Pendek
Salah satu mitos yang paling sering didengar tentang mobil listrik adalah jarak tempuhnya yang pendek. Padahal, jarak tempuh mobil listrik sudah semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Faktanya, jarak tempuh mobil listrik sudah semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi baterai. Saat ini, rata-rata jarak tempuh mobil listrik sudah mencapai 300 kilometer dalam sekali pengisian daya. Hal ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan mobilitas sehari-hari.
Air ev, mobil listrik buatan Indonesia, memiliki jarak tempuh 200-300 kilometer dalam sekali pengisian daya, karena teknologi baterai Lithium Iron Phosphate (LFP). Hal ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan mobilitas sehari-hari, seperti untuk bekerja, bepergian, atau mengantar anak ke sekolah.
2. Sulit Mencari Tempat Pengisian Daya
Faktanya kini jaringan pengisian daya mobil listrik sudah semakin berkembang di Indonesia. Saat ini, sudah ada lebih dari 600 stasiun pengisian daya mobil listrik di seluruh Indonesia. Hal ini membuat pengisian daya mobil listrik menjadi lebih mudah dan terjangkau.
Pemerintah menargetkan pembangunan 572 unit SPKLU pada tahun 2021. Hingga artikel ini ditulis, pemerintah bersama PLN telah memasang SPKLU sejumlah 616 buah di 300 lokasi seluruh Indonesia. Sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan, program ini akan berlanjut hingga tahun 2030 dengan total pembangunan 24.720 unit SPKLU yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Baca Juga
Untuk mendorong kemajuan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia, PLN telah berhasil mendirikan lebih dari 600 SPKLU pengisian kendaraan listrik yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. Hal ini tentunya memberikan kemudahan bagi para pemilik kendaraan listrik. Mereka dapat menikmati tarif pengisian listrik yang terjangkau, sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM 13/2020.
Perkembangan SPKLU di Indonesia menjadi tonggak penting. Jumlah SPKLU yang terus bertambah dan lokasi yang strategis telah mengubah pandangan tentang kendaraan listrik. Pemilik kendaraan listrik, seperti Air ev kini dapat merasakan kenyamanan dan kebebasan dalam menjelajahi berbagai daerah di Indonesia.
3. Harga Mobil Listrik Mahal
Salah satu pertanyaan utama yang muncul ketika membahas mobil listrik adalah seputar harga. Banyak orang beranggapan bahwa mobil listrik terlalu mahal, karena umumnya memiliki selisih harga beli dibandingkan dengan mobil bensin atau diesel. Namun, perlu diperhatikan bahwa biaya operasional mobil listrik umumnya justru lebih rendah daripada mobil konvensional.
Pemerintah di Indonesia juga memberikan insentif bagi pemilik mobil listrik hingga Desember 2023. Pajak yang diterapkan pada mobil listrik diatur oleh Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2021, khususnya di Pasal 10 dan 11 dari peraturan ini. Secara keseluruhan, pajak untuk mobil listrik hanya dikenakan sebesar 1 persen dari tarif normal yang berlaku. Ini adalah langkah yang diambil untuk mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
4. Baterai Mobil Listrik Punya Umur KM Pendek
Salah satu mitos yang sering berkeliaran tentang mobil listrik adalah bahwa umur baterai sangat pendek. Tak heran jika muncul mitos tersebut dan sebagian orang meragukan ketahanan kendaraan ini. Berbeda dengan mobil berbahan bakar fosil yang mengandalkan usia mesin sebagai ukuran kinerja (ditentukan oleh jarak tempuh dalam kilometer), mobil listrik memiliki dua aspek penilaian, yakni umur mesin dan umur baterai.
Tak perlu khawatir, meskipun berbeda dalam sumber daya yang digunakan, keandalan mesin di kedua jenis kendaraan ini sangat kompetitif. Baik baterai maupun mobil listrik itu sendiri tetap nyaman digunakan, bahkan setelah menempuh jarak ratusan kilometer.
Baca Juga
Penting untuk dicatat bahwa sebagian besar baterai kendaraan listrik, sebagai contoh, Air ev dilengkapi dengan garansi 8 tahun atau mencapai jarak 120.000 kilometer, seperti Air ev. Bahkan setelah masa garansi, baterai Air ev masih menghasilkan performa yang tidak jauh berbeda dengan kondisi baru. Berkembangnya teknologi juga memberikan harapan yang baik untuk masa pakai baterai kendaraan listrik.
5. EV Tidak Ramah Lingkungan
Faktanya mobil listrik memiliki kadar emisi jauh lebih rendah dibandingkan dengan mobil berbahan bakar bensin. Bahkan, pada mobil yang menggunakan sumber energi listrik terbarukan, seperti tenaga surya, tidak ada emisi CO2 yang dihasilkan sama sekali.
Jadi, meskipun mobil listrik masih memiliki emisi CO2 terkait penggunaan energi listrik, jumlahnya jauh lebih rendah daripada emisi CO2 yang dihasilkan oleh mobil berbahan bakar bensin. Dan jika menggunakan sumber energi terbarukan, maka benar-benar mengurangi jejak karbon mobil dalam lingkungan.
6. Mobil Listrik Lebih Boros
Salah satu mitos yang berkeliaran adalah mengenai biaya pengisian mobil listrik. Pengisian daya mobil listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) memiliki biaya yang sangat terjangkau.
Harga pengisian listrik berkisar antara Rp1.700 hingga Rp1.800 per 1.3 kWh, sementara bahan bakar berada dalam kisaran Rp10.000 hingga Rp17.000 per liter, tergantung jenisnya. Angka ini merupakan pengisian daya listrik mandiri di rumah. Ketika mengisi daya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), biaya per kilowatt jam (kWh) berkisar antara Rp1.650 hingga Rp2.475.
Sebagai contoh, untuk mengisi baterai Wuling Air Ev tipe Long Range dengan kapasitas 26,7 kWh hanya membutuhkan biaya sekitar Rp62.000. Sementara itu, varian Standard Range (kapasitas 17,3 kWh) hanya memerlukan biaya sekitar Rp33.400.
Dengan perhitungan ini, mobil listrik hanya membutuhkan biaya pengisian sekitar Rp200 ribu untuk perjalanan dari Jakarta ke Bali. Dalam hal ini, mobil konvensional akan menghabiskan sekitar Rp1,2 juta untuk rute yang sama.
Hasil studi dan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Perindustrian bersama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, serta industri otomotif menunjukkan bahwa mobil listrik mampu menghemat energi hingga 80 persen dibandingkan dengan mobil konvensional yang menggunakan bahan bakar minyak. Selain itu, penggunaan mobil listrik juga dapat menghemat bahan bakar hingga dua kali lipat jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar B20.
7. Mobil Listrik Tidak Aman
Mitos ini juga tidak benar. Mobil listrik memiliki sistem keamanan yang sama dengan mobil konvensional. Bahkan, mobil listrik memiliki beberapa fitur keselamatan tambahan, seperti regenerative braking pada Air ev yang dapat membantu mengurangi risiko tabrakan. Selain itu, Air ev juga dibekali ABS (Anti-lock Braking System), EBS (Electronic Braking System), ESC (Electronic Stability Control), serta dua buah airbag di depan.
Air ev misalnya, mobil listrik dari Wuling ini memiliki fitur keselamatan yang lengkap, seperti rem cakram pada keempat roda (untuk tipe tertinggi), ABS, EBD, ESC, dan Hill Hold Control. Mobil ini juga dilengkapi airbag untuk pengemudi dan penumpang bagian depan. Hal ini membuat Air ev menjadi mobil yang aman dikendarai.
8. Jaringan Listrik Tidak Cukup Jika Semua Orang Punya Mobil Listrik
Permasalahan mobil listrik yang terakhir adalah adanya kekhawatiran yang menyatakan bahwa jaringan energi listrik di Indonesia bahkan di dunia saat ini mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan listrik dari mobil listrik. Terutama, karena setiap kendaraan listrik memiliki kapasitas daya besar yang dibutuhkan untuk menempuh jarak yang lebih jauh.
Nyatanya, pemerintah di seluruh dunia memiliki komitmen yang kuat untuk memperbaiki lingkungan, dan ini akan sejalan dengan pembangunan infrastruktur yang memadai. Gagasan mengenai teknologi pintar, seperti sistem pengisian cerdas (smart-charging) juga dapat membantu mengurangi kebutuhan akan infrastruktur listrik yang baru.
Nah, mitos-mitos tentang mobil listrik ini perlu diluruskan agar masyarakat lebih memahami tentang mobil listrik sebagai pilihan tepat untuk masa depan karena tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki biaya operasional yang lebih murah.
SHARE: